Ada Oknum Jual Nama Prabowo dan Resahkan Pelaku Usaha Sawit di Riau Juga Sebar Fitnah Terhadap Wadirut Agrinas

Ada Oknum Jual Nama Prabowo dan Resahkan Pelaku Usaha Sawit di Riau Juga Sebar Fitnah Terhadap Wadirut Agrinas
Player yang disebarkan oleh Pebriyan menyerang pribadi Wadirut Agrinas warga diminta waspada dengan tindakon oknum ini

Jakarta — Manuver Pebriyan Winaldi di sektor perkebunan sawit Riau semakin menuai kecaman. Sejumlah pelaku usaha dan mahasiswa menilai Pebriyan kerap membawa-bawa nama Presiden Prabowo Subianto serta menggunakan narasi “Hambalang” untuk menekan berbagai pihak demi memperoleh Kerja Sama Operasional (KSO). Tindakan ini dinilai mencederai nama baik Presiden dan mengganggu iklim usaha di Riau.

Pengusaha Ayau dan Suryalim Grup Jimmy juga dilaporkan mengalami tekanan dan perlakuan tidak adil dari jaringan tersebut. Ayam dan juga Suryalim sempat berdebat dengan kelompok mafia Pebriyan Winaldi dilokasi kebun miliknya dan merasa telah zholimi oleh para jaringan ini.

Sumber-sumber di lapangan menyebut bahwa Pebriyan dan seorang oknum dokter di Riau yang diduga menjadi penyokongnya sudah mengelola sejumlah KSO sawit di berbagai lokasi oknum dokter ini diduga cacat moral karena pernah viral di grebek istri saat bersama selingkuhan di livingword Pekanbaru.

KSO yang dikelola Dokter dan Pebri hasilnya diduga hancur-hancuran, amburadul, tidak terawat, dan tidak memberikan hasil yang jelas. Banyak pihak menduga kondisi tersebut terjadi karena hasil pengelolaan sawit justru mengalir kepada oknum-oknum tertentu yang membekingi mereka, bukan kepada negara sebagaimana mestinya.

Ketika Agrinas mulai melakukan evaluasi terhadap KSO-KSO bermasalah tersebut, Pebriyan justru diduga melakukan manuver menyerang balik. Ia disebut menyebarkan fitnah terhadap Wadirut Agrinas dengan membuat serta menyebarkan flyer berisi informasi menyesatkan ke sejumlah media sosial. Aksi ini dinilai sebagai upaya untuk menghalangi proses evaluasi agar KSO yang dikelolanya tidak dibatalkan kontraknya.

Selain itu, pola gertakan Pebriyan juga kembali muncul. Ia diduga menekan Agrinas dan sejumlah pelaku usaha dengan mengaku-ngaku dekat dengan Presiden Prabowo serta membawa-bawa nama lingkaran “Hambalang”. Bahkan, beberapa sumber menyebut Pebriyan pernah mengaku disejumlah kedai kopi telah menyuap dan membelikan mobil kepada seorang oknum jenderal yang ia klaim sebagai “beking”.

Kelompok yang disebut mendukung Pebriyan, termasuk oknum dokter yang juga saat ini sudah megelola KSO dan juga sikaf rakus kembali mau mengincar tambahan KSO sawit di Riau, diduga menggunakan pola komunikasi serupa: memanfaatkan narasi kedekatan dengan kekuasaan untuk menekan pejabat daerah maupun pelaku usaha.

Pasca diserang Fitnah Oleh Febriyan.

Wakil Direktur Utama Agrinas, Kusdi Sastro Kidjan, menegaskan bahwa Agrinas bekerja profesional dan tidak dapat ditekan oleh pihak mana pun. Ia memastikan bahwa semua KSO di Riau sedang dievaluasi. Jika ditemukan unsur penyimpangan, potensi kerugian negara, intimidasi, atau penyebaran fitnah terhadap manajemen menyebarkan player fitnah, jika tidak dihentikan Agrinas akan menempuh jalur hukum. Ia juga menegaskan dan meminta Pebriyan berhenti mengatasnamakan Presiden atau kekuasaan tertentu untuk kepentingan pribadi.

Mahasiswa mendesak Presiden Prabowo Subianto untuk menindak tegas oknum-oknum yang memperjualbelikan nama Presiden demi kepentingan pribadi. “Pak Presiden, kami mohon sikat oknum yang jual-jual nama Bapak. Mereka meresahkan masyarakat, menekan pelaku usaha, merusak tata kelola sawit, dan menyerang BUMN Agrinas yang sedang menata ulang aset negara,” ujar Dimas, mahasiswa asal Riau.

Sejumlah ketentuan hukum juga berpotensi dilanggar dalam rangkaian tindakan tersebut, mulai dari Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 28 ayat (1) UU ITE, Pasal 310–311 KUHP tentang fitnah, Pasal 369 KUHP hingga ketentuan Tipikor jika ada unsur suap atau gratifikasi. Pasal 241 KUHP baru juga melarang seseorang mengaku atau membajak kewenangan pejabat negara untuk keuntungan pribadi.

Mahasiswa menegaskan bahwa tindakan Pebriyan dan jaringan yang mengaku dekat kekuasaan tidak boleh dibiarkan karena mengancam kredibilitas pemerintah dan membuka peluang kerugian negara di sektor sawit yang saat ini sedang dibenahi. (*)

 

#Oknum Meresahkan Masyarakat Riau